Monday, October 19, 2020

Jangan Salah Membuat dan Memilih Sekam Bakar!! Tanaman Kesayangan Bisa Mati




Ada beberapa perbedaan antara abu sekam dan arang sekam. Mungkin sahabat sering mendengar atau membaca artikel baik dari website, jurnal atau media lainya tentang sekam bakar dan abu sekam.

Namun, sayangnya tidak semua artikel mencantumkan pengertian dari dua hal tersebut. Bisa jadi abu sekam yang dimaksud adalah arang sekam atau memang benar-benar hasil dari sisa pembakaran sempurna seperti abu yang terdapat pada kompor berbahan bakar kayu.

    Untuk campuran media tanaman kesayangan sahabat jangan asal memilih,  terdapat perbedaan kualitas yang cukup jauh antara sekam bakar dengan harga yang sama atau harga sedikit lebih tinggi. Perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap media tanam dan pertumbuhan tanaman.

Arang sekam merupakan hasil dari pembakaran tidak sempurna dari sekam padi, sedangkan abu sekam adalah residu dari hasil pembakaran sempurna.

Supriati dan Herliana (2011:29) menyatakan bahwa, arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran tidak sempurna. Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan menyangrai atau membakar. 

Menurut Imam dan Endah (2014), Abu adalah mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan selulosa habis terbakar. Abu yang tersisa dari proses pembakaran terdiri dari bahan-bahan anorganik pada kayu, sedangkan bahan organiknya habis terbakar.

Febrynugroho (2008) menyatakan bahwa, pembakaran sekam padi pada suhu tinggi akan mengubah bentu Si dalam tanah menjadi kristal karboksilat yang sulit tersedia bagi tanaman.

Sjostrom (1995) mengemukakan bahwa abu berasal dari berbagai garam yang diendapkan dalam dinding-dinding sel dan lumen.

Endapan yang khas adalah berbagai garam-garam logam, seperti karbonat, silikat, oksalat, dan fosfat. Komponen logam yang paling banyak jumlahnya adalah kalsium diikuti kalium dan magnesium.

Dalam proses pengabuan, bahan-bahan organik yang terkandung dalam kayu akan terbakar sedangkan bahan-bahan anorganik akan tertinggal.

Arang : teknis pembakaran yang tidak sempurna

Abu     : teknis pembakaran yang sempurna (semua bahan organik habis terbakar)

Pengertian diatas menunjukan adanya perbedaan hasil pembakaran atas bahan yang terkandung didalamnya.

Sederhananya, bahan yang terbakar secara tidak sempurna masih mengandung unsur bahan yang lebih banyak, dibandingkan dengan hasil pembakaran sempurna yang hanya menyisakan abu.

Pada pembakaran sempurna seluruh unsur yang dapat digunakan atau sumber bahan bakar sudah habis terbakar, sehingga hanya menyisakan residu pembakaran yaitu bahan anorganik.

“Hati-hati penggunaan campuran abu (sisa dari pembakaran sempurna, contoh: abu dapur) untuk media tanam jika tidak tepat takaran, dapat membuat tanaman kesayangan sahabat mati

Perbedaan Kandungan Antara Arang Sekam dan Abu Sekam beserta Ciri-Cirinya

A.  Arang Sekam

Wuryan (2008:2) menyatakan bahwa dalam penelitiannya, arang sekam memiliki karakteristik yang istimewa, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media tanam untuk hidroponik. Komposisi kimiawi sekam bakar adalah:

#.SiO2 dengan kadar 52%
#.C sebanyak 31%.
#.Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa bahan organik lainnya.


Ciri-cirnya :

#.Berwana hitam seperti arang pada umumnya
#.Masih berbentuk sekam padi
#.Tidak halus seperti debu

B.  Abu Sekam

Bakri (2008) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa, komponen kimia paling dominan yang terkandung dalam abu sekam padi adalah :

#.SiO2 sebesar 72,28 % dan
#.Senyawa hilang pijar sebesar 21,43 %.
#.Sedangkan persentase kandungan senyawa CaO, Al2O3, dan Fe2O3, tergolong sangat rendah yaitu masing-masing sebesar 0,65 %, 0,37 %, dan 0,32 %.

Ciri-cirinya :

#.Berwarna abu-abu ke putihan
#.Berbentuk hancur seperti debu
#.Halus dan mudah terbang

“Senyawa hilang pijar merupakan berat yang hilang dari sempel pada saat dipijarkan dalam waktu tertentu dan suhu tertentu.

Abu sekam memang memiliki kandungan silikat yang tinggi namun sulit tersedia untuk tanaman, abu sekam lebih sering digunakan untuk campuran semen. 

Menurut Sata et  al ( 2007), abu  sekam  padi  yang  memiliki ukuran  partikel  yang  sangat  rendah  yaitu  kurang dari 11 µm merupakan bahan yang sangat reaktif dan  dapat  digunakan  untuk  menghasilkan  beton yang  memiliki  kekuatan  tekan  sebesar  85  MPa setelah  28  hari  curing  periode  pada  abu  sekam padi/semen + abu sekam padi sebesar  30 %.

Selain itu, abu yang dihasilkan dari pembakaran sempurna dapat menaikan pH secara derastis. Hal ini kemungkinan dapat terjadi pada abu sekam karena unsur kandungan bahan penyusun abu tidak jauh berbeda.

pH yang terlalu tinggi hingga pada agnka 9 ke atas akan menurunkan ketersediaan sebagian unsur hara  untuk dapat diserap oleh tanaman. Seperti ketersediaan unsur N (nitrogen) menjadi menurun, selain itu sebagian kinerja mikroba  juga ikut menurun dalam mengurai bahan organik.

Fitria & Zein (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa, rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok non Faktorial, terdiri dari 5 perlakuan, 3 kali ulangan sebagai blok sehingga terdapat 15 unit percobaan-percobaan. Masing – masing unit percobaan terdapat 3 tanaman sampel, sehingga total terdapat 45 tanaman. Media pembibitan yang digunakan adalah sempel tanaman berupa biji kakao yang dikecambahkan dengan campuran media abu dapur dan tanah dengan perbandingan sesuai dengan perlakuan, yaitu:

A1 = 0 (Tanpa abu dapur) : 1 tanah per polybag

A2 = 0,25 abu dapur : 1 tanah per polybag

A3 = 0,5 abu dapur : 1 tanah per polybag

A4 = 0,75 abu dapur : 1 tanah per polybag

A5 = 1 abu dapur : 1 tanah per polybag

Hasilnya, pada campuran media A3, A4 dan A5 ditemukan kecambah tidak tumbuh walau pun telah dilakukan penyulaman berulang kali dengan kecambah yang baru.

Pada campuran media A1 dan A2 kecambah tumbuh namun kemudian ditemukan gejala klorosis hingga mengering dan mati.

Klorosis adalah keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun, yang kekurangan klorofil, sehingga tidak berwarna hijau, melainkan kuning atau pucat hampir putih. Klorosis sering kali merupakan petunjuk terjadinya kekurangan hara atau serangan penyakit yang dialami oleh tumbuhan. Klorosis tidak selalu diikuti oleh kematian jaringan, meskipun ketiadaan klorofil akan mengakibatkan jaringan kekurangan pasokan energi. 

Gejala pengeringan dan kematian kecambah maupun bibit di atas dikarenakan pH media tanam yang sangat tinggi (alkali) bahkan ada yang mencapai 10,19. Peristiwa tersebut

Mohon kritik dan saran

Semoga Bermanfaat

Silahkan ambil kesimpulan dan Salam Petani Sejahtera


Previous Post
Next Post

1 comment: